"Buk.. mas Koko wonten?" Itulah kata-kataku setiap berkunjung ke rumah Mas Koko dan bertemu seorang wanita memakai kursi roda itu. "Wonten," jawab wanita itu sambil berteriak memanggil Koko.
Setelah bertemu dan berbincang-bincang dengan Koko, aku baru sadar dan tahu
kalo ternyata wanita yang duduk dikursi roda itu neneknya mas Koko.
Sebelum gempa bumi 27 Mei 2006 aku beberapa kali ketemu dengan neneknya didepan rumahnya. Tapi setelah gempa belum pernah ketemu. Maklumlah, interaksiku dengan Koko setelah gempa hanya sebatas SMS
Meski sudah
tau kalo wanita itu simbahnya Koko, tapi setiap ketemu aku tetep manggil ibu. Entahlah, aku merasa nyaman, enak dan pas saja memanggil ibu.
Kini…. Aku
ga bisa memanggilnya lagi ibu… sekarang… kalo ke rumah Koko pasti ga ketemu dan lihat lagi….
Ya.. neneknya mas Koko kini telah tiada.. beliau telah wafat dan dimakamkan hari ini, Kamis, 13 November 2008 jam 2 siang.
Aku tahu dan dengar kabar ini baru jam setengah 1 siang. Beberapa orang dan sumber yang aku hubungi
ga memberi jawaban. Untunglah, ada 1 yang memberi jawaban yang lengkap dan pasti.”Jam 2 … Ni q mau lnsung brkt," tulis Tia di SMS yang dikirimkan ke HP-ku. Tya mengaku saat kuhubungi lagi diperjalanan pulang.
Selamat jalan eyang.... semoga arwah simbah diterima Tuhan Yang Maha Cinta….
****
Beberapa bulan yang lalu(mungkin Agustus 2008) aku ketemu dengan mas Koko dirumahnya, di RT 07 Nogosari. Koko cerita
kalo WM BLOG mudika ini ga bisa ia lanjutkan, ia meminta beberapa mudika termasuk aku untuk mengisi dan meneruskan. Ia lagi repot dan sibuk mengurusi, merawat simbahnya yang lagi sakit.
"Aku ki putu tersayang," kata Koko beberapa bulan lalu. Koko juga menambahkan
kalo sehabis opname di rumah sakit simbah putrinya itu ga bisa ditinggal dan harus ia jaga. Koko juga banyak cerita panjang lebar tentang simbahnya putrinya itu.
Mendengar cerita Koko itu aku jadi tersentuh, trenyuh, terharu, terketuk dan tergerak serta bersedia ikut melanjutkan mengisi Blog mudika ini.
Mas Koko… aku dan semua temen-temen di mudika Brayat Minulyo turut berduka cita yang sedalam-dalamnya. Kegembiraanmu merupakan kegembiraan kami, dukamu juga merupakan duka kami juga. Tetap kuat, tegar dan tabah, terus berkarya dan berjuang, moga jadi PEJUANG MASA KINI seperti simbah putri..Berkah Dalam…
(Sigit, mudika BM)