Selamat Datang di Blog Mudika Bramin, Mohon Tersenyum Dahulu

Senin, 23 Februari 2009



Untung . . . . Yesus tidak hanya menjajakan surga!

Di pompa bensin banyak Sales Promotion Girl (SPG) yang cantik-cantik yang dengan sigap menjajakan dagangan. Kebanyakan mereka menjajakan minuman energi. Sayangnya seorang SPG selalu hanya menjajakan energy drink dari salah satu merek saja. Kalo dia adalah SPG Kratingdaeng, maka kepadanya jangan pernah minta M 150 atau Xtra Joss atau pun Kuku Bima. Apapun yang anda minta, penawaran dan jawabannya tetap produk yang sama.
Untung, Yesus tidak hanya menjajakan satu macam produk yaitu surga seperti anggapan banyak orang selama ini. Bacaan hari ini memberikan gambaran yang begitu jelas. Ketika seorang tuli dan gagap datang kepada Yesus memohon kesembuhan, Dia tidak serta merta menjawab, “Ah saudaraku, buat apa mendengar, buat apa pula bisa berbicara. Kamu tak kasih surga saja ya!” Pasti menjadi sangat lucu dan menyebalkan kalau kita meminta kesembuhan dan Yesus memberi surga, atau saat kita memohon pekerjaan Dia pun menawarkan surga, juga bila kita mengharapkan uang dan tetap surga juga yang dijanjikannya. Tidak. Tidak demikian. Si tuli dan gagap toh diberinya sesuai kebutuhannya untuk melanjutkan hidup sejahtera di dunia ini.

Jadi Yesus tidak hanya peduli tentang surga, tetapi Ia sungguh mau tahu penderitaan si tuli dan gagap dan Ia melihat bahwa penyembuhanlah yang relevan baginya saat itu. Dia juga sangat peduli dengan situasi nyata yang kita hadapi dan permohonan kita yang tumbuh dari situasi itu. Ia tidak sekedar mempromosikan surga sebagai bentuk kesejahteraan akherat melainkan juga mempromosikan kesejahteraan di dunia. Begitulah, Ia bahkan mengajak kita memohon, mempromosikan dan mengusahakan agar kesejahteraan yang merupakan kehendak Allah itu datanglah dan jadilah di atas bumi seperti di dalam surga.

Banyak salah paham sering terjadi di antara para pengikut Yesus. Seakan-akan Yesus itu hanya spesialis menawarkan surga. Seperti juga agama sampai hari ini lebih banyak dihayati secara utopis sebagai sebuah “jalan menuju surga” semata. Sedikit yang menangkap bahwa Yesus memaksudkan karyaNya – dan berikut Gereja sebagai persekututan murid-muridNya – juga untuk mewujudkan kesejahteraan di bumi ini dalam bentuk-bentuk yang nyata: si buta melihat, si tuli mendengar, si lumpuh berjalan, si miskin berkelimpahan, si lapar kenyang, dan seterusnya.

Dari sini kita bisa melihat bahwa kemuridan Yesus pun bukan sekedar jalan egois untuk memperoleh surga melainkan juga merupakan jalan untuk bersama-sama mewujudkan kesejahteraan di atas bumi. Demikian juga agama bukan sekedar persiapan untuk hidup akhirat tetapi juga merupakan jalan untuk mewujudkan kesejahteraan di tengah dunia. Kurangnya kesadaran akan hal ini menyebabkan banyak orang beragama juga banyak umat kristiani tidak peduli terhadap keprihatinan dunia yang nyata dan lalu tidak begitu berminat untuk melibatkan diri dalam karya-karya transformatif.


Kecenderungan tersebut tampak dalam berbagai gejala.
Pewartaan gereja tentang keadilan, kekerasan, kesetaraan gender dan kelestarian lingkungan hidup, misalnya, masih sering ditanggapi dengan apatis seakan terlalu mengada-ada dan lepas dari pewartaan ijil. “Kotbahlah tentang doa, kesalehan hidup dan surga-neraka, tetapi jangan tentang yang lain.”, mungkin terkesan begitu. Lebih nyata lagi kalau kita melihat betapa ajaran sosial Gereja dan karya pengembangan sosial-ekonomi yang dipromosikan Gereja sejak dahulu, hingga hari ini di banyak tempat masih dingin-dingin saja. Maka cita-cita bahwa Gereja merupakan penerus karya Yesus untuk menghadirkan kesejahteraan di bumi juga kurang begitu terasa. Agama dan Gereja menjadi hanya berguna untuk memperoleh surga tapi tidak relevan untuk hidup di dunia.


Kalau menengok sekilas karya Gereja pada awal kedatangannya di tengah kita, ada gambaran yang mestinya dapat membantu kita. Di negeri kita toh Gereja tidak pertama-tama dikenal sebagai jalan terbaik menuju surga dibandingkan jalan yang ditawarkan agama-agama lain. Dengan begitu sederhana Gereja dikenal dari rumah sakit yang memberi pelayanan istimewa, dari sekolah yang bermutu, dari asrama dan panti asuhan yang penuh cinta kasih dan bahkan dari pembagian bulgur yang ceritanya masih kita dengar sampai hari ini. Gambaran gereja seperti itu bagi banyak orang hadir lebih nyata, memberi harapan bagi yang sakit untuk beroleh kesembuhan, memberi jalan bagi yang bodoh untuk berkembang maju, memberi ruang bagi yang terlantar untuk mersakan kasih sayang dan mengulur hidup mereka yang lapar. Dalam kehadiran yang demikianlah Gereja dirasakan kehadirannya sebagai kelanjutan karya Yesus yang mepromosikan kesejahteraan di bumi.

Jadi, bagaimana wajah Gereja kita sekarang ini? Gereja Keuskupan Agung Semarang dengan ARDAS-nya mempromosikan persahabatan dengan Allah, keluhuran martabat manusia dan kelestarian seluruh ciptaan. Anda mau ikut ndak? myheart_tone@yahoo.co.id

6 komentar:

Anonim mengatakan...

does it mean that HEAVEN IS NOT THE MAIN DESTINATION of our journey????????

Anonim mengatakan...

karya di dunia bagi sesama menjadi prioritas...... gitu yach??????

Anonim mengatakan...

begitu banyak nasehat religius keluar lewat pintu gereja...
tapi tidak menyentuh dasar hidup yang sesungguhnya.

program yg ditawarkan hanya sedalam parit,
baik proses maupun hasil hanya terjerumus dalam patokan waktu.

masihkah gereja mampu menjadi tempat teduh bagi "mereka" yang terpinggirkan..."teradili" karena ketidakberdayaan mereka??
ataukah gereja hanya pelampiasan retorika kata belaka???

Anonim mengatakan...

wadowww, postingan yang cukup berat kale ini,hihi

mo sedikit cerita nie:
td malem ada film "bedazzled" (salah g nulisnya??)

tuch film bagus banget...ya..komedi-drama-religi gt,hehe
kapan ya indonesia bisa bikin kayak gitu n of cource ga pake bumbu2 pencekelan, hehe

yupzzz...di endingnya, si cewek yang jadi "devil" bilang gini ma aktor utamanya (dengan terjemahan ala tya, hehe)


"kalian manusia, terlalu keras berusaha mencari surga dan neraka. padahal kedua hal itu ada di sini, di bumi. Itu tergantung pilihan kalian!"

so, it's all about choice, guyzz!!!

mgkn agak ga nyambung ma postingan, tapi q cuma mo sharing aja,hehehe...

"banyak pilihan, banyak tawaran...
tergantung pada kita milih yang mana...
dan YESUS, HE IS THE ONE... jangan sampai kita justru terbelenggu dan terobsesi dengan tawaran-tawaran itu dan melupakan PILIHAN yang seharusnya kita ambil, hehehe

berat...berat....huihhhh

Anonim mengatakan...

Saya sangat setuju tentang Gereja tampak lebih nyata lewat Rumah Sakit yang memberikan pelayanan istimewa terlebih kepada orang yang tidak mampu, lewat panti asuhan yang memberikan kasih kehangatan yang begitu besar.
Saya juga ada setujunya dengan Sdr "akubertanya"...kenapa? sebab saya sampai saat ini masih menemui hal-hal yang membuat Gereja tidak tampak nyata. Hal-hal itu ada pada mudika / orang tua. Saya masih sering mendengar ada Mudika yang penuh emosi saat mau menutup total jalan di utara gereja ketika ada Misa Hari Besar. Apakah seperti itu anak muda katolik?? Kenapa tidak lebih sabar dan halus, kenapa harus lewat emosi & egois? Ada juga yang saat rapat hanya ingin mengkritik dengan penuh emosi. Kenapa tidak dengan senyum,sabar, kenapa tidak mau menerima keputusan bersama? Itu sebagian hal kecil negatif yang saya tangkap, yang bisa membuat Gereja tidak tampak. Kita kaum muda hendaknya bisa membuat Gereja semakin lebih Tampak. Membuat Gereja semakin lebih berguna bagi umat, bagi saudara yang berbeda agama, suku, berguna bagi alam yang sedang sakit. Tapi saya juga ingin memberikan kabar gembira untuk saudara "akubertanya" : Sekarang Kaum Muda Katolik akan bangkit. Tahun 2009 ini ditetapkan sebagai Taun Kaum Muda oleh Keuskupan Agung Semarang. Nah, tunggu aja gebrakan-gebrakan positif dari Kaum Muda (Mudika). Sebenarnya banyak juga hal-hal positif yang telah Kaum Muda hasilkan, hanya saja karena keterbatasan "mikrophone", hal-hal positif itu kurang terdengar. Semoga lewat Blog ini, hal-hal positif yang dihasilkan temen-temen kaum muda Katolik bisa lebih terdengar keluar. Amin. Thanks buat komentar saudara "akubertanya".

hernindio99 mengatakan...

for me, Heaven Still be the only final destination...Hanya saja menurut saya postingan kali ini mengajak kita untuk tidak hanya stay on the " main regular Track" untuk mencapainya.. jika kita tetep stay on the track yang begitu classic penuh dengan hal yang terlihat baik namun kaku maka bekal kita dalam pejalanan itu akan sedikit sekali, karena yang diinginkan dalah kita "jalan-jalan' dulu untuk menambah bekal kita, dimana kita juga diajak untuk turut serta "menambal bagian jalan yang rusak" sehingga perjalanan hidup kita lebih bermakna. nah peka sosial jugalah yang dimaksudkan... kehidupan religius memang diperlukan, namun kedekatan dan misi pelayanan juga dapat kita wujudkan dalam hal yang mungkin terkesan jauh dari sisi religius.. masalahnya banyak orang yang menganggap pekerjaan dan kesibukannya itu terlalu berat sehingga sisi religius mereka juga terabaikan yang mestinya dalam pekerjaan sehari-hari jika didasari dengan semangat dan pemikiran dan tindakan yang sehat yang sehat, dapat juga menjadi sarana atau "jalur alternatif yang indah dan kaya"...
jadi....masih mau nerima tawaran mbak2 SPG dan Stay on the track?????hehehehe..

BRAMIN JAYA!!!